Foto: Istimewa
Empu Djeno
Berhari-hari puasa tidur dan makan Empu Djeno ditemani aroma klembak dan warna-warni sesaji. Ini adalah ritual wajib persiapan membuat keris. Pakem pembuatan keris secara tradisional, termasuk tata upacara, sesaji, dan tapa brata begitu kuat dipegang oleh Empu Djeno.
Keindahan dan kesempurnaan karya, serta keteguhannya menujung tinggi pakem merupakan nilai lebih Empu Djeno. Keraton Kesultanan Yogyakarta pun menjatuhkan pilihan pada pembuat keris pusaka pamor Prambanan ini. Keris dapur Jangkung Mangkunegoro dengan pamor Udan Mas merupakan salah satu keris Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang dipesan pada Empu Djeno.
Empu Djeno merupakan putra dari Ki Supowinangun. Seorang empu keris yang tinggal di Desa Ngento-ento, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Ki Supowinangun dikenal sebagai Empu Keris abdi dalem Kepatihan Kraton Yogyakarta. Dirujuk dari silsilah, Ki Supowinangun adalah keturunan salah satu empu Majapahit yang bernama Empu Tumenggung Supodriyo. Praktis, Empu Djeno ada dalam rantai silsilah itu.
Bungsu dari empat bersaudara ini sejak usia 15 tahun telah membantu Ki Supowinangun untuk membuat keris dan benda tosan aji lain. Meninggalnya Ki Supowinangun pada 1963 adalah titik awal Empu Djeno berkarya secara serius.
Pada 1970, bersama dua orang saudaranya Yoso Pangarso dan Genyodihardjo, Empu Djeno mulai mewujudkan hasrat dan keinginannya melestarikan budaya leluhurnya di Dusun Jitar, Sumberagung, Moyudan, Sleman. Mereka memulai eksperimen pembuatan keris. Praktek coba-coba ini disebabkan Ki Supowinangun belum pernah mengajarkan teknik pembuatan keris secara khusus.
Kemudian pada 1977 Empu Djeno pindah ke Dusun Gatak Kelurahan Sumberagung, Moyudan, Sleman. Di tempat ini ia mendirikan besalen dan membuat sendiri rupa-rupa peralatan kerjanya yang sampai kini masih bisa terlihat di belakang rumah yang kini didiami Ki Empu Sungkowo Harumbrodjo, putranya yang meneruskan lakonnya sebagai empu keris.
Bentuk keris buatan Empu Djeno mengambil pola tangguh Mataraman, tetapi lebih ramping, singset, dan trengginas. Tangguh yang dibuatnya ini lebih mirip dengan keris tangguh Majapahit. Ia menguasai pelbagai teknik pembuatan pamor, baik pamor miring maupun pamor mlumah. Empu Djeno menciptakan pelbagai jenis keris melalui tangan kreatifnya. Beberapa di antaranya yaitu jenis Jalak, Jangkung, Pendowo, Luk Gangsal, Sempono Luk Pitu, Penimbal Luk Songo, Sabuk Inten Luk Sewelas, dan Parung Sari Luk Telulas.
Selama hidupnya Empu Djeno sempat beberapa kali mengikuti pameran. Pameran yang diikuti, antara lain pameran di Sumberagung pada 1977, pameran di Universitas Gajah Mada pada 1980, pameran di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan pameran di Institut Teknik Bandung pada September 1999. Setiap tahun ia juga aktif mengikuti pameran di Keraton Yogyakarta sejak tahun 1984 sampai tahun 1988.
Tidak hanya aktif dalam pelbagai pameran. Empu Djeno juga sering memberikan kursus keterampilan perihal pembuatan keris kepada generasi muda di sekitar tempat tinggalnya. Sepeninggal Empu Djeno pada 2006, keterampilannya diturunkan kepada anaknya, Empu Sungkowo, sebagai generasi penerusnya. Ini adalah bentuk kepedulian nyata terhadap kelestarian budaya nasional.
Empu Djeno begitu dihormati di kalangan penggemar keris dan pegiat budaya pada umumnya lantaran konsistensinya menggunakan teknik dan pakem tradisional dalam pembuatan setiap karya kerisnya. Wajar kemudian Empu Djeno mendapat banyak penghargaan baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Salah satunya adalah penghargaan dari Kedaulatan Rakyat sebagai orang yang aktif dalam melestarikan budaya leluhur di tahun 2004. (Indra Wijaya Kusuma/Gelaran Almanak)
Sumber: Bambang Harsrinuksmo (Buku), 2004 | Empu Sungkowo Harumbrodjo (Wawancara), 2008 | Suprapto dan Suroto (Buku), 1991
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Nama Ki Empu Djeno Harumbrodjo juga termuat sebagai “Maestro Keris” di buku Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009 (hlm. 395)
0 komentar:
Posting Komentar