RPP No. 3
STANDAR KOMPETENSI : 2. Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
KOMPETENSI DASAR : 2.1 Merancang karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu :
- Memahami sejarah Batik
- Mengetahui jenis-jenis batik
- Mengetahui alat dan bahan membatik
- Mengetahui ragam motif batik
- Membuat desain pola batik berdasarkan corak ragam hias nusantara
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SENI BATIK
A. SEJARAH BATIK
Istilah “Batik” berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan “nitik” yang berarti memberi titik-titik. Batik merupakan kain yg dihias motif dengan proses tutup celup. Proses penutupannya menggunakan malam atau lilin sebagai bahan perintang warna, dengan menggunakan canting atau cap.
Batik disebut juga "wax-resist dyeing".
( wax = malam, dye= zat pewarna, resist = perintang/menahan)
Tradisi membatik telah berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram yang kemudian terpecah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pada masa dahulu Batik merupakan tradisi turun temurun dan hanya digunakan oleh golongan tertentu. Hal ini dikarenakan pada masa itu Bahan dan Alat untuk membuat Batik masih sulit didapatkan, khususnya untuk Kain yang harud diimpor dari manca negara. Sehingga seringkali Batik hanya menjadi konsumsi kaum Bangsawan saja dan seolah sakral dengan lingkungan keraton.
Dalam tradisi Batik bahkan ada beberapa motif yang hanya boleh dipakai oleh orang atau kaum di lingkungan Keraton sehingga motif batik bisa menjadi penanda gelar kebangsawanan seseorang di kala itu.
Batik pada awal perkembangannya merupakan suatu tradisi yang sakral bagi sebagian besar orang Jawa. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang melatarbelakangi proses pembuatan batik tersebut. Miaslnya Raja harus bersemedhi dahulu untuk menemukan petunjuk yang kemudaian ada kalanya digambar sendiri dan adakalanya meminta Juru Sungging Kerajaan untuk menggambarnya. Pada proses pelaksanaanya, orang-orang yang terlibat alam proses Batik biasanya berpuasa agar mendapat ketenangan dan konsistensi pikiran sehingga karya Batik yang dihasilkan merupakan karya yang sakral dan sebagai simbol harapan.
Seseorang yang sedang menorehkan malam pada kain yang telah digambari harus dalam keadaan tenang dan penuh penghayatan. Sehingga kualitas goresan menjadi stabil dan terkontrol dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan pembuatan satu buah kain Batik bisa memakan waktu berbulan-bulan tergantung detail kerumitan gambar dan pewarnaanya.
Beberapa motif Batik dan makna yang terkandung di dalamnya:
a. Motif Parang. Ada beberapa motif Parang yaitu:
- Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung yang hanya boleh digunakan untuk Raja.
- Parang Rusak yang biasa digunakan prajurit setelah perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan.
Parang sendiri merupakan simbol dari ombak samudera, menggambarkan semangat dan energi yang tiada henti. Dulu, motif ini hanya boleh untuk kasta prajurit dan adipati ke atas.
b. Motif Truntum, kain ini biasa digunakan orang tua pengantin pada saat pesta pernikahan yang melambangkan harapan agar orang tua mampu menuntun atau memberi contoh kepada putra-putrinya dalam memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup.
Motif truntum ditemukan oleh Istri dari Pakubuwana V . Suatu malam tatkala beliau memandang langit , beliau menyaksikan kumpulan bintang yang ada di angkasa, bintang-bintang tersebut kemudian menjadi inspirasi motif Truntum.
c. Cakar Ayam yang melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
d. Kain Batik Grompol, grompol atau grombol, dalam Bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Kain batik dengan motif ini biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan oleh orang tua mempelai, baik calon mempelai pria atau calon mempelai wanita
e. Motif Sidamukti dipakai oleh pasangan pengantin Jawa. Sidamukti sendiri melambangakan sebuah harapan sepasang pengantin yang ingin mencapai kehidupan baru yang berhasil lahir batin atau dalam bahasa jawa disebut mukti.
f. Kain Batik Wahyu Tumurun, kain batik ini sering pula dipilih sebagai busana pada upacara pernikahan adat Jawa Gaya Yogyakarta. Dari arti katanya, wahyu memiliki pengertian sebagai kebahagiaan anugrah Tuhan.
g. Kain Batik Sido Asih, Sido berarti jadi, asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang.
Motif Sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan
Cara pemakaian batik juga memiliki nilai pendidikan tersendiri, berikut adalah beberapa uraian dari cara pemakaian kain batik. Bagi anak-anak batik dipaki dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofis pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas dan belum dewasa dan belum memiliki tanggungjawab moral di dalam masyarakat.
Ketika beranjak remaja maka seseorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Seamakin pajang jarit maka semakin tinggi derajad seseorang dalam masyarakat semakin pendek jarit maka semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat.
Bagi dewasa pemakaian batik memiliki pakem tersendiri antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada wanita wiru diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni. Artinya seorang putri tidak boleh melanggar khendak suami.
Kini dunia mengakui batik sebagai produk budaya Indonesia. Unesco telah mengukuhkan batik ke dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia atau Representative List of Intangible Cultural Heritage. Sesuatu yang patut menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
A. MACAM-MACAM BATIK
1.Batik Tulis adalah batik yang dikerjakan oleh tangan dengan menggunakan alat berupa canting tulis dalam menorehkan malam
2.Batik cap adalah batik yang proses penorehan malamnya menggunakan canting cap di buat dari tembaga. Dalam batik cap ini prosesnya hampir sama dengan batik tulis, perbedaannya hanya pada alat untuk menerapkan lilin pada media, batik tulis dengan menggunakan canting, sedangkan batik cap dengan menggunakan canting cap.
3.Batik Jumputan adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup, diikat dengan tali di celup dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali..
Ada dua teknik membuat batik jumputan, yang pertama teknik ikat, dan yang ke dua teknik jahitan,
a) teknik ikatan adalah Bagian yang ikat kencang itu pada saat dicelup tidak terkena warna, sehingga setelah ikatannya dilepas akan terbentuk gambarnya,
b) teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu lalu dijahit dengan menggunakan tusuk jelujur pada garis warnanya dengan menggunakan banang, lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin. Pada waktu dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke kain, benang yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti benang plastik / sintesis, benang jins, atau benang sepatu. Hasil jumputan teknik jahitan ini berupa titik-titik yang agak menyambung membentuk gambar.
A. MEDIA BERKARYA BATIK
1. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
1) Alat
2). Bahan
Bahan yang digunakan membatik adalah:
a. Kain
Kain yang bisa di gunakan untuk proses pembatikan adalah kain mori, Kain mori dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Mori Primissima adalah mori yang paling halus, digunakan untuk batik tulis yang halus, dan sering dipakai untuk batik cap yang halus pula.
2) Mori Prima adalah mori yang tergolong halus kedua dan dapat digunakan untuk kain-kain batik tulis halus, sedang dan cap pula
3) Mori Biru (medium) adalah kualitas ke tiga setelah mori primissima dan prima biasanya digunakan untuk batik jenis kasar dan sedang.
4) Mori blaco (grey) termasuk golongan paling rendah kualitasnya dan banyak mengandung kanji sehingga sangat kaku.
Dalam batik tulis juga dapat menggunakan berbagai jenis kain diantaranya santung, sutera, jean dan drill.
b. Lilin / Malam
Lilin adalah bahan yang digunakan untuk membatik dan juga berfungsi sebagai bahan yang dipakai untuk menutup bagian-bagian yang tidak terkena larutan warna dalam proses pewarnaan. Lilin untuk proses pembatikan bermacam-macam kualitasnya, kualitas lilin /malam berpengaruh terhadap daya serap warna kain batik. Berikut merupakan jenis-jenis lilin:
1) Lilin putih (Lilin parapin) yang berfungsi untuk menutup kain supaya menimbulkan hasil pecah-pecah, berasal dari minyak latung buatan pabrik
2) Lilin kuning (Lilin batik klowong) berasal dari minyak latung buatan pabrik
3) Lilin hitam (lilin batik tembok), bersasal dari minyak latung buatan pabrik
4) Lilin tawon, berasal dari sarang lebah
5) Lilin klanceng berasal dari sarang lebah klanceng.
c. Pewarna
Pewarnaan bertujuan untuk memberi warna pada kain batik sehingga menghasilkan suatu gabungan warna yang baik. Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan cara celupan, coletan, dan kuasan, sebelum proses pewarnaan dilakukan terlebih dahulu harus mempersiapkan alat dan bahan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam mewarna batik yaitu :
1) Zat pewarna alam
Zat pewarna alam ini berasal daritumbuh-tumbuhandapat dilakukan melalui sistem ekstrasi. Ekstrasi adalah proses yang paling sederhana dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan merebus tumbuh-tumbuhan tersebut, bahan yang direbus adalah: bagian daun, batang, buah, kulit buah, kulit akar, dan bunga. Bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan zat pewarna alami diantaranya:
a) Daun Mangga yang menghasilkan warna hijau
b) Daun alpokat
c) Kulit mahoni/ daun mahoni
d) Kunyit + kapur sirih
e) Daun jati muda
f) Daun jarak kepyar
g) Kulit bawang merah dll.
0 komentar:
Posting Komentar