Affandi
lahir di Cirebon tahun 1907
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru, tukang sobek karcis dan pembuat gambar poster film bioskop di Bandung. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi.


Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai--yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur--memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.

Tahun 1945, masa perjuangan Kemerdekaan, Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi "Merdeka atau mati!", merupakan ucapan dalam penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Soekarno meminta Affandi membuat poster bertuliskan "Bung, Ayo Bung" , slogan ajakan perjuangan, ide penyair Chairil Anwar.


Kemampuan Affandi sangat menonjol hingga ia berkesempatan study ke India. Tetapi sesampainya disana niat untuk study kandas. Perjalanannya panjang hingga Affandi dijuluki Sang Maestro Seni Lukis Ekspresionisme.

BACA Selengkapnya... atau download klik disini
lihat Lukisan Karya Affandi 


 

Barli Sasmitawinata
lahir di Bandung 18 Maret 1921
Barli merupakan anggota Kelompok Lima Bandungbersama Hendra Gunawan, Affandi, Sudarso, dan Wahdi. Jos Pluimentz seorang seniman Belgia sempat menjadi guru Barli dalam menimba ilmu Realismenya. Setelah itu kemudian Barli berguru pada Luigi seorang pelukis Italia yang juga tinggal di Bandung. Di studio ini pula Barli mulai berkenalan dengan Affandi, yang waktu itu masih mencari uang dengan menjadi model bagi Luigi. Di studio milik Luigi itu diam-diam Affandi ikut belajar melukis.

Tahun 1948 Barli mendirikan Sanggar Seni Rupa Jiwa Mukti. Lalu, , di tahun 1958 sepulang dari Eropa, Barli kembali mendirikan studio Rangga Gempol. Sekarang Barli memiliki Bale Seni Barli di Padalarang. Karya-karya Barli yang realistik tersebut diakui sebagai karya yang masyhur, sehingga Barli disebut-sebut sebagai Maestro Realisme Indonesia.
Baca Selengkapnya.......atau download klik disini
lihat lukisan karya Barli



Basoeki Abdulah
lahir di Surakarta, 25 Januari 1915
 
Ia merupakan cucu Doktor Wahidin Sudirohusodo tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia.

Basuki Abdulah pernah menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia.
Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa di Akademik Seni Rupa (Academic Voor Beldeende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).


Karya Basoeki Abdulah yang realistik-naturalistik banyak menggambarkan wanita cantik, potret keluarga kerajaan dan kepala negara, pemandangan alam dan perjuangan yang digambarkan cenderung lebih indah dari aslinya.

Baca Selengkapnya........atau download klik disini .........lihat lukisan karya Basuki Abdulah






 
 

Lucia Hartini
lahir pada 10 Januari 1959 di kota Temanggung.
Pernah bersekolah di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Yogyakarta antara tahun 1976-1979 (tidak tamat) setelah sebelumnya sekolah di SKP dan dikenal pandai membuat desain baju drumband.

Lucia dijuluki perempuan Sanento “arus baru” seni lukis kontemporer, karena karyanya membuka wacana baru tentang teknis dan tema surealistiknya. I pernah mendapat penghargaan Pratitha Adhi Karya 1976 dan 1977 dari SSR.


Lucia mengakui tidak mengetahui adanya perkembangan aliran Surealisme di Eropa sebelumnya, apalagi teori psikoanalisis Sigmund Freud yang dijadikan fondasinya. Baginya melukis – sebagaimana menjadi ibu rumah tangga – adalah pekerjaan yang menyenangkan, dan ia sepenuhnya mengikuti kata hatinya. Jika kemudian lukisannya menjadi surealistik, diakuinya karena ia dekat dengan “alam lain”, apalagi kepercayaannya memungkinkan untuk mengalami atau merasakan alam tersebut. Pelukis introvert yang menjalani hidup sebagai vegetarian ini terlahir dalam keluarga yang memiliki kemampuan untuk “melihat” dunia atau realitas yang tersembunyi (vision). Bakatnya ini diturunkan dari kedua orang tuanya, dan semakin diperkuat dengan kisah-kisah supranatural yang didengarnya semasa kecil. Pengalaman semasa kanak-kanak yang membekas dalam ingatannya ini sering juga hadir dalam karyanya.


Proses berkarya Lucia mengandalkan daya ingat dan tidak pernah dimulai dengan sketsa (kini, sebelum berkarya ia menyempatkan diri bermeditasi agar konsentrasinya lebih terpusat).

Media yang dipakai Lucia berupa cat minyak di atas kanvas dengan teknik akademis. Hal yang menarik dalam teknik melukisnya adalah penerapan “teknik arsir” (hatching) pada seluruh permukaan bidang lukisnya untuk menegaskan volume, cahaya, ruang, dan tekstur. Arsir dibuat dengan kuas berukuran kecil sehingga diperlukan tenaga ekstra dan kecermatan dalam pengerjaannya.
Baca Selengkapnya.....atau Download disini......
Lihat kumpulan karya Lucia Hartini


Widayat
Lahir di Kutoarjo, 2 Maret 1919

Karirnya sebagai pelukis bermula di Bandung dengan melukis pemandangan alam bercorak "mooi-Indie" untuk para pelancong. Seperti kebanyakan pemuda ketika masa pergerakan kemerdekaan, kemudian ia ikut dalam barisan kaum pergerakan. Keahlian melukisnya tersalurkan dalam pembuatan poster-
poster propaganda anti-Belanda. Setelah masa pergolakan itu ia masuk Akademi Seni Rupa Indonesia yang baru didirikan di Yogyakarta. Ia lulus pada tahun 1954, kemudian mengajar di akademi tersebut sampai masa pensiun di tahun 1988. Ia pernah berkesempatan mengunjungi Jepang untuk mempelajari penataan taman dan pembuatan keramik selama dua tahun, 1960-62.

Karya Widayat adalah contoh pencapaian paripurna corak dekoratif dalam seni rupa modern Indonesia. Ia mengolah kekuatan penataan ragam hias yang sungguh teliti seperti yang terlihat dalam tradisi hiasan batik dan seni ukir tradisional dan memadukannya dengan konsep komposisi dan citarasa warna modern. Karenanya, karya-karyanya pernah dijuluki sebagai lukisan bercorak "dekoratif-magis".


Dalam perjalanan karirnya sebagai pelukis, ia banyak menghasilkan karya dengan berbagai media dan teknis seperti Seni Grafis, Keramik dsb. Widayat memperoleh sejumlah penghargaan: Anugerah Seni dari Pemerintah RI, 1972; ..... Baca Selengkapnya........
....atau Download Klik disini.........Lihat karya Widayat klik disini.....



S. Sudjojono

Lahir di Kisaran, Sumatra, 14 Desember 1917
Pada tahun 1937, bersama sejumlah rekan pelukis, ia mendirikan Persagi, perhimpunan pelukis yang bercita-cita melahirkan vitalitas baru dalam praktek seni lukis Indonesia.Sebagai tokoh utama dalam organisasi ini, Sudjojono tak sekedar melukis dalam corak realismenya yang khas dengan bobot semangat kerakyatan dan nasionalisme, tapi juga merumuskan pikiran-pikiran tentang corak seni lukis baru yang dicita-citakannya. Dan dari berbagai rumusan pemikirannya inilah peran penting Sudjojono dalam perkembangan seni rupa Indonesia tak akan pernah terhapus.

Memasuki masa-masa perjuangan kemerdekaan, Sudjojono, bersama Affandi dan Hendra Gunawan, aktif terlibat dalam berbagai organisasi pemuda dan seniman. Mereka melahirkan dan menghidupkan tradisi sanggar yang jadi lembaga pendidikan alternatif di masa-masa sulit itu. Sampai tahun 50-an dan 60-an, Sudjojono makin terpikat dengan gagasan kerakyatan dan sosialisme yang dibawa PKI. Di masa ini, sejumlah karyanya menjadi kurang ekspresif dan mencoba menghadirkan "Realisme sosialis".

baca Selengkapnya.................Atau download disini...
Lihat kumpulan karya S.Sudjojono disini...

Raden Saleh
Lahir di Terboyo tahun 1814A.A.J. Paijen, seorang seniman Belgia yang merupakan guru lukis Raden Saleh tertarik dengan kemampuan Raden Shaleh, sehingga Paijen berinisiatif memberikan bimbingan. Paijen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.

Kemudian Paijen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Konon usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen yang memerintah waktu itu (1819 – 1826), setelah ia melihat karya “ajaib” Raden Saleh. Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, bahasa Jawa, dan bahasa Melayu.


Penulis biografi Raden Saleh, Ny. J. de Loos Haaxman menuturkan bahwa Raden Saleh adalah pelukis luar biasa. Ia pemilik bakat tiada duanya di negeri Belanda sampai kapanpun. Ia tak akan pernah kehilangan daya pikat dan daya tarik sampai kapanpun.
Baca Selengkapnya.........Atau Download disini
.........lihat kumpulan karya Raden Shaleh disini
































Seorang seniman bisa saja membuat karya jenis apa saja, semisal seorang pelukis suatu hari ia ingin membuat patung, atau grafis atau kriya dan desain, maka hal itu sah saja. Julukan biasanya disandangkan karena intensitas dan kualitas karya seorang seniman. Seperti Affandi yang lebih terkenal sebagai seorang Maestro Seni Lukis, ia pada masa perjuangan Kemerdekaan pernah membuat karya Seni Grafis, begitu pula Widayat yang kebanyak orang mengenal dari karya seni lukisnya, ia juga memiliki banyak karya Grafis. Atau Bambang Toko yang juga punya karya lukis. Sekat itu ada bukan untuk menghalangi kreativitas dan perkembangan seni rupa itu sendiri, mungkin sekedar memberikan nama agar mudah menyebut karya seni rupa. Semoga bermanfaat.

A. Seni Lukis
B. Seni Patung
C. Seni Grafis
D. Seni Kriya
E. Kurator
dalam penyusunan materi, saya memakai beberapa sumber pendukung antara lain:
  1. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, Prof. Soedarso sp, penerbit CV. Studio Delapan Puluh Enterprise bekerjasama dengan Badan Penerbit ISI Yogyakarta tahun 2000
  2. Diksi Rupa, Mikke Susanto, DictiArt Lab & Djagad Art House, Yogyakarta&Bali 2011
  3. http://www.bentarabudaya.com/
  4. http://media.isnet.org/iptek/100/Picasso.html
  5. http://picasso.tamu.edu/picasso/
  6. http://www.metmuseum.org/toah/hd/pica/hd_pica.htm
  7. http://www.lucidcafe.com/library/95oct/ppicasso.html
  8. http://www.artpromote.com/pablo_picassobio.shtml
  9. http://www.artfact.com/features/viewArtist.cfm?aID=26505
  10. http://www.malaspina.org/home.asp?topic=./search/details&lastpage=./search/results&ID=492
  11. http://www.artchive.com/artchive/P/picasso.html
  12. http://www.answers.com/topic/pablo-picasso
  13. http://www.britannica.com/eb/article?tocId=9108524
  14. http://www.npg.si.edu/cexh/artnews/picasso.htm
  15. http://en.wikipedia.org/wiki/Pablo_Picasso

    Desain GRAFIS  :   Poster Bahaya Merokok
    Desain INTERIOR
    desain PRODUK
    Suket Kasuran yang hanya tumbuh di bulan Sura, oleh tangan Mbah Gepuk dianyam menjadi sebuah karya Seni Kriya Rumput yang sangat indah dibalik kerumitannya. Rumput Kasuran bagi maoritas masyarakat desa Bantar Barang Kec. Rembang Kab. Purbalingga hanya berfungsi sebagai pakan ternak, bahkan tak jarang justru dianggap tumbuhan pengganggu yang perlu dibabat habis dari sawah mereka.


    Mbah Gepuk kini telah tiada, beliau meninggalkan karya seni yang patut dihargai oleh masyarakat khususnya 'Wong Purbalingga". Karya Mbah Gepuk telah diakui khasanah Seni Rupa Nasional kendati Mbah Gepuk tidak bersekolah di Perguruan Tinggi Seni. Pada tahun 1995 Mbah Gepuk berpameran Tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta. Karya Wayang Suket Mbah Gepuk mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat seni Yogyakarta yang telah tumbuh lebih baik. Pada tahun berikutnya Bentara Budaya Jakarta mengundang Mbah Gepuk berpameran dengan Sukasman (alumni ASRI Yogya, sekarang ISI Yogya) dan Heridono (alumni ISI Yogya) keduanya seniman Wayang Alternatif yang telah melanglangbuana hingga ke Mancanegara.


    Kemampuan menganyam rumput menjadi Wayang Rumput (wayang suket) menurun kepada Badriyanto, cucunya. Ada beberapa perbedaan anyaman Mbah Gepuk dan Badriyanto walaupun secara umum Badriyanto mengadopsi teknik yang diajarkan Mbah Gepuk.


    Selain Badriyanto, ada Ikhsan. Seorang pemuda yang tidak berguru langsung kepada Mbah Gepuk, tetapi Iksan mengamati melalui foto katalog pameran Mbah Gepuk. Ikhsan yang piawai menggambar bahkan mencoba melakukan terobosan dengan berganti media. Jika Mbah Gepuk dan Badriyanto menggunakan Suket Kasuran, maka Ikhsan memilih alternatif rumput yang tumbuh dipinggir jalan di desa Bantarbarang.


    Mbah Gepuk, Badriyanto dan Ikhsan patut mendapat apresiasi yang baik atas kemampuan berkarya dan kepedulian terhadap alam beserta kontribusinya bagi khasanah Seni Rupa Indonesia.


    Sekilas, Seni Kriya, Seni Kerajinan nampak sama, bahkan seringkali pemaikaian istilah desain pada seni kriya dan seni kerajinan mengaburkan posisi desain seolah desain adalah seni kriya belaka.


    Seni Kerajinan, Seni Kriya dan Desain memiliki beberapa persamaan output karya yaitu untuk memenuhi kebutuhan fungsional manusia. Hal ini dikarenakan sejak awalnya karya ini dibuat, sipembuat (kriyawan, perajin,desainer) telah menggariskan tujuan fungsional atas karya mereka. Seni rupa semacam ini, pada perkembangannya disebut dengan istilah Seni Rupa Terapan.


    Antara Seni Kriya dan Seni Kerajinan memiliki perbedaan yang paling ketara yaitu pada penguasaan teknik pembuatan dan keputusan penggunaan bahan yang digunakan untuk memviusalkan gagasannya.


    Seni Kriya dituntut mampu menghadirkan Craftmenship yang tinggi sedangkan Seni Kerajinan terkesan biasa-biasa saja. Tidak ada tuntutan harus serumit seni Kriya karena justru jika sebuah karya Seni Kerajinan menyugguhkan kualitas kerumitan yang handal maka sesungguhnya karya tersebut telah menciptakan bentuk baru sebagai karya seni kriya.


    Gerabah kebutuhan rumah tangga tentu akan berbeda dengan guci keramik yang diolah dengan glasir. Kursi yang ada di kelas tentu berbeda dengan kursi yang dibuat oleh pengukir seperti Kursi Raja misalnya. Keduanya sama-sama menggunakan bahan kayu tetapi intensitas Craftmenship keduanya berbeda dan inilah yang membedakan posisi Seni Kerajinan dan Seni Kriya.


    Desain sebagai cabang seni yang berdiri sendiri memang seringkali digunakan dalam seni Kriya dan seni kerajinan dalam pembuatan rancangan sebuah karya sebelum divisualisasikan untuk mempermudah proses pembuatan dan menghindari kekeliruan. Seringkali sipembuat desain akan berbeda orang dengan orang yang mewujudkan menjadi sebuah karya.


    Beberapa contoh jenis desain yaitu Desain Komunikasi Visual (desain Grafis/bukan Seni Grafis), Desain Interior, Desain Eksterior dan Desain Produk. Desain produk inilah yang seringkali menjadi jembatan Desain dengan Seni Kriya maupun Seni Kerajinan.



    RPP.No. 4

    STANDAR KOMPETENSI   : 2.   Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
    KOMPETENSI DASAR       : 2.2  Merancang karya seni kriya dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 9 Semester 1
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 9  Semester 2
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 9 Semester 1
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 9  Semester 2
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 8  Semester 1
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 8  Semester 2
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 7  Semester 1
    Materi Seni Rupa SMP Kelas 7  Semester 1
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 8 Semester 1 KD 1.1 Mengidentifikasi SRTN
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 8 Semester 1
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 8 Semester 2
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 8 Semester 2

    Seni Rupa Kelas 9 Semester 2
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 9 Semester 1
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 9 Semester 2
    Latihan Soal Seni Rupa Kelas 9 Semester 2
    Aris Prasetyo, S.Sn
    Lahir di Purbalingga pada tahun 1979.
    Pendidikan Terakhir:  S1 Seni Rupa Murni - ISI Yogyakarta Tahun 1999 Lulus 2006
                                       Akta  IV Universitas Tidar Magelang 2009

    Man Jadda Wajadda "Siapa yang bersungguh-sungguh, niscaya ia akan Berhasil"



    Pengalaman Berkesenian:
    1. Pameran Kampus ISI (1999-2006)
    2. Pameran FKY XIII Benteng Vrede burg Yogyakarta
    3. Pameran Komik KOMISI 2 di Gelaran Yogyakarta
    4. Pameran Seni Grafis FKI III Surabaya
    5. Pameran Kria ISI Museum Nasional Jakarta 2003
    6. Bekerja di BEDA STUDIO 2001 - 2008
    7. Pameran Karya Tugas Akhir di Taman Budaya Yogyakarta
    8. Juara 3 Lomba Penulisan Skenario Disbudpar Prov. Jawa Tengah 2009
    9. Juara Terpilih Penulisan Skenario Disbudpar Prov. Jawa Tengah 2010
    10. Finalist 5 Besar Sayembara Penulisan Skenario Ganffest ITB 2009
    11. Juara Harapan 2 Video Dokumenter Apresiasi Pertanian Kementrian Pertanian dan Pangan Jakarta 2010
    12. Editor Terbaik Festival Film Remaja 2009
    13. Editor Terbaik Festival Film Remaja 2010
    14. Menjadi Guru Wiyata di daerah pinggiran Purbalingga, di  SMP N 4 Satu Atap Karangmoncol semenjak 2008
    15. Awal Agustus 2011 belajar membuat blog, hampir seminggu dibuat bingung pilih Blogspot atau Wordpress, dan akhirnya seperti ini
    Seni Rupa kls 7 sem 1-b: Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasikan Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar : 1.2 Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya
    Seni Rupa kelas & semester 1: Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasikan Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah setempat Take this quiz! Jelaskan apakah apresiasi itu Seni
    Pelukis Abstrksionisme terkemuka Indonesia
    Pelukis realisme ekspresionisme
    Joko Pekik mengangkat tema tema sosial realistik
    Tokoh Seni Lukis Dekoratif ini sangat piawai membuat detail dan kerumitan dari obyeknya
    Afandi adalah seorang tokoh Ekspressionisme yang sangat berpengaruh erhadap tonggak perkembangan aliran Ekspresion.
    Darti dan Yasin Hidayat menerima Piala Citra Penghargaan Khusus FFI 2010
    Tahun 2008, suatu hari tatkala harus menjemput istri yang menjadi Guru di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di desa Tunjungmuli, di sana saya membaca sebuah brosur Penerimaan Siswa Baru SMP N 4 Satu Atap Karangmoncol berupa fotokopi hitam-putih. Saya tersenyum melihat gambar lokasi sekolahan yang memiliki latar belakang perbukitan, walaupun kualitas fotokopinya tidak layak. Tiba-tiba mata ini tertuju sebuah pada teks dalam brosur tersebut ; "Juara 1 Seni Lukis Tingkat Kab. Purbalingga". Membaca
    itu, hati ini tergetar, beberapa pertanyaan muncul yang pada kesimpulannya adalah "Kok bisa y? Sehebat apa dia?" saya jadi penasaran.

    Ingatan saya kembali ke masa SD dulu, tahun 1989an, saya pernah beberapa kali juara lomba lukis, tanpa ada pembimbing khusus, dan sebenarnya saya  juga tidak mengerti lukisan yang bagus yang seperti apa. Sungguh sangat memprihatinkan, anak tanpa pembimbing, tapi mau bagaimana lagi memang keadaannya seperti itu, mungkin jika ada pembimbingnya anak lebih mudah menemukan siapa dirinya sehingga karyanya akan lebih baik. Walaupun justru sekarang saya merasa fungsi pembimbing/guru telah merampas kreativitas dan karakter anak itu sendiri. Anak tidak diijinkan berkembang dan menemukan serta mengungkapkan siapa dirinya, yang ada justru anak dijejali konsep tak terbantah dari guru. Harus begini! Tanpa sadar guru telah mencetak duplikat-duplikat dirinya, yang saya rasa ini malah mematikan kreativitas dan peluang anak.


    Suara istri saya tiba-tiba mengagetkan, "Mas,...daftar jadi Guru saja, mengabdi di sekolah Satu Atap. Sekolahannya asyik lho mas, di bawah bukit." Saya hanya diam sambil melihat dalam ke arah mata istri saya. Dahulu, saat saya masih SMA, saya memiliki cita-cita menjadi Guru, dan pernah diterima PMDK oleh UNNES, tetapi urung saya ambil. Saya teringat pesan Ayah saya yang juga seorang pensiunan Guru, bahwa "kepuasan itu adalah manfaat, dan memiliki sesuatu yang bisa bermanfaat sepanjang masa itu wajib".

    Esoknya saya mendapatkan tekad yang kuat, menjadi Guru. Bismillah, lamaranpun saya kirimkan ke SMP N 4 Satu Atap Karangmoncol. Seminggu kemudian saya dipanggil Kepala Sekolah dan diwawancarai berbagai pertanyaan yang kemudian saya diterima bergabung bersama Guru Satu Atap yang lain.
    Tidak disangka, sahabat semasa SMA  (SMA N 1 Bobotsari) ternyata juga menjadi Guru disitu. Pak Adi Priyanto, S.Pd dan Bu Tri Susanti, S.Pd. Rasanya jadi tambah semangat apalagi ternyata saya adalah Guru paling tua usianya (kecuali pak Kepala Sekolah yang notabene juga sebagai kepala SD N 2 Tunjungmuli, sekolah satu atap dari SMP N 4 Satu Atap Karangmoncol) jadi semuanya masih kuat dan siap diajak 'berlari" untuk mengusahakan kemajuan SMP.
    Beberapa ide teman-teman Guru untuk menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler dan pelatihan bagi siswa mendapat dukungan sangat memadai dari Kepala Sekolah, sehingga beberapa kegiatan berhasil mendapat jejak penghargaan dan prestasi.
    Beberapa prestasi yang telah berhasil dicapai semenjak berdirinya (2007) adalah sebagai berikut:

    1. Juara 1 Lomba Lukis Tingkat Kab. Purbalingga 2007
    2. Juara 1 Lomba Lukis Tingkat Kab. Purbalingga 2008
    3. Juara  1 Lomba Lukis tingkat Purbalingga 2009
    4. Juara Harapan 2 Lukis tingkat Propinsi 2009
    5. Juara 1 Lomba Lukis tingkat Purbalingga 2009
    6. Juara 1 Lomba Lukis Pekan Seni tingkat Purbalingga 2010
    7.  Juara 1 Festival Film Remaja 2009
    8.  Aktris Terbaik Festival Film Remaja 2009
    9.  Editor Terbaik Festival Film Remaja 2009
    10.  Sutradara Terbaik Festival Film Remaja 2009 
    11.  Juara 1 Festival Film Anak Nasional 2009
    12. Sutradara Terbaik Festival Film Anak Nasional 2009
    13. Aktris terbaik Festival Film Anak Nasional 2009
    14. 5 Besar Skenario Terbaik GanfFest ITB 2010
    15. Juara 2 Lomba Lukis Pekan Seni tingkat Karesidenan Banyumas 2010
    16. Juara 1 Macapat Pekan Seni tingkat Purbalingga 2010
    17. Juara 2 Lomba Lukis FLS2N tingkat Purbalingga 2010
    18. Juara 3 Cipta Lagu FLS2N tingkat Purbalingga 2010
    19. Juara 1 Desain Batik FLS2N Purbalingga 2010
    20. Juara 1 Lomba Lukis FLS2N Purbalingga 2011
    21. Juara 2 Desain Batik FLS2N Purbalingga 2011
    22. Juara 2 Seni Kriya FLS2N Purbalingga 2011
    23. Juara 1 Festival Film Remaja 2010
    24. Kameraman Terbaik Festival Film Remaja 2010
    25. Editor Terbaik Festival Film Remaja 2010
    26. Sutradara Terbaik Festival Film Remaja 2010
    27. Juara 2 Festival Film Anak Nasional 2010
    28. Sutradara Terbaik Festival Film Anak Nasional 2010
    29. Juara 1 Festival Film Solo 2011- Gayaman Award
    30. Piala Citra Penghargaan Khusus FFI 2010
    31. International V Film Festival 2010
    32. Film Pigura diputar roadshow ke beberapa kabupaten oleh CLC  dalam PFF 2011
    33. Juara 2 International KidsFfest  2011 
    Yasin siswa SMPN 4 Satu Atap Karangmoncol seusai menerima hadiah  Menteri Budpar

    SMP Satu Atap menjadi jawaban bagi keinginan anak-anak di desa Tunjungmuli Kec. Karangmoncol dan desa Panusupan Kec. Rembang untuk meneruskan pendidikan setelah lulus SD/MI. Bagaimanapun rupa dan fasilitas yang di dapat di sekolah Satu Atap tidak menjadi faktor penting bagi mereka memilih sekolah. Mereka sudah saking kebelet untuk sekolah.
    Keinginan mereka belajar cukup baik terbukti kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler mendapat porsi yang cukup dari anak-anak.
    Sebelum Satu Atap berdiri, kebiasaan menikah atau merantau ke Jakarta merupakan menu wajib bagi lulusan SD/MI jika tidak ingin dicap sebagai pengangguran. Melihat kondisi tersebut, kami memahami kalau anak-anak perlu dibuat nyaman di sekolah agar tidak keluar dari sekolah. Beberapa kali juga kami sempat kehilangan siswa yang menikah atau pergi bekerja ke Jakarta pada 3 tahun pertama berdirinya Satu Atap.
    produksi film Baju Buat Kakek tahun  2009
    Ekstrakurikuler menjadi alah satu upaya Guru dan Sekolah membuat anak-anak merasa memiliki arti di sekolah dan mencintai sekolah. Beberapa kegiatan Ekstrakurikuler yang diselenggarakan yaitu:
    1. Seni Lukis
    2. Seni Kriya Limbah Alam
    3. Drama dan Film
    4. Sepak Bola
    5. Musik
    6. Komputer
    7. Drumband
     Kegiatan ekstrkurikuler Komputer, Drumband baru dapat diselenggarakan pada tahun 2009.
    Tunjungmuli, desa tempat sekolah kami berada merupakan sebuah desa yang terletak di pinggiran kota Purbalingga. Berjarak sekitar 30 km dari Kota Purbalingga.
    Tunjungmuli memiliki penduduk 11.185 jiwa terdiri atas 5806 laki-laki dan 5379 perempuan dan luas wilayah 900 ha  dengan pemukiman penduduk terpencar dipisahkan perbukitan, sawah dan sungai. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bergantung pada pertanian,  bekerja sebagi buruh tani sehingga pendapatannya sulit untuk dipastikan. Kadang ada, kadang tidak.

    Sudah sejak dahulu cerita tentang anak 12 tahun di desa Tunjungmuli menikah selepas lulus SD/MI terjadi di sana. Hal ini karena perspektif mereka terhadap hidup dan pendidikan belum memadai. Anak perempuan yang baru lulus SD/MI akan dilamar oleh si pemuda di desanya dan orang tua anak perempuan menganggap suatu keberuntungan. Pernikahan dini dianggap meringankan beban ekonomi keluarga karena tanggungjawab berpindah kepada menantunya,  serta aman dari kekhawatiran mendapat cemoohan memiliki anak perawan yang tidak laku.

    Keberadaan pendidikan yang kurang memadai mungkin menjadi faktor pemicu, "dari pada menganggur setelah lulus SD, lebih baik belajar mengurus suami dan anak, tokh kesempatan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sangat kecil peluangnya, disamping faktor jarak yang jauh dan tidak adanya angkutan umum juga biaya". Kampanye dan praktek nyata tentang penting dan murahnya pendidikan menjadi bagian penting untuk menggugah kesadaran masyarakat  menuntaskan minimal pendidikan dasar 9 tahun. Berdirinya SMP N 4 Satu Atap menjadi harapan bersama warga desa Tunjungmuli dan desa Panusupan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, walaupun berbagai keterbatasan label "SATU ATAP" sesungguhnya menjadi permasalahan tersendiri.

    Program Pemerintah tentang Wajib Belajar 9 tahun tampaknya mengalami "musuh" cukup besar disini. Jumlah siswa yang semakin banyak karena kesadaran yang semakin baik, tetapi jumlah ruang kelas masih kurang/tidak ada, apalagi fasilitas seperti laboratorium, ruang komputer, ruang kesenian, perpustakaan belum pernah ada kabar Satu Atap akan menerimanya seperti sekolah reguler yang berhak menikmatinya kendati beberapa jumlah siswa di SMP Reguler justru lebih sedikit, bahkan prestasi akademik dan non akademikpun dibawah sekolah Satu Atap.
    Berikut data jumlah siswa dan kebutuhan ruang kelas dari tahun 2007 s/d 2011 di SMP N 4 Satu Atap Karangmoncol.


    TAHUN 2007 
    Jumlah Siswa 41 anak
    Jumlah Gedung 2 Kelas , 1 Ruang Guru



    TAHUN 2008
    Jumlah Siswa 129 anak

    Jumlah Gedung 3 Kelas 
    Ruang Guru dipakai untuk kelas


    TAHUN 2009
    Jumlah Siswa 179 anak

    Jumlah Gedung 4 Kelas (mendapat 1 tambahan gedung baru)
    Kekurangan: 2 kelas dan 1 Ruang Guru


    TAHUN 2010
    Jumlah Siswa 219 anak

    Jumlah Gedung 5 Kelas (mendapat 1 tambahan gedung baru)
    Kekurangan: 1 kelas dan 1 Ruang Guru

    TAHUN 2011
    Jumlah Siswa 229 anak

    Jumlah Gedung 5 Kelas
    Kekurangan: 2 kelas dan 1 Ruang Guru Belum pernah punya laboratorium apapun